Istri saya suka nonton drama Korea.
Sekarang ini baru ngikutin Welcome to Samdal-ri. Kapan itu, pas kami kruntelan di sofa depan tv, dia nonton Hotel del Luna. Saya jadi ikutan nonton & nanya-nanya. Dia cerita sekilas kalau ini ceritanya begini, kalau My Demon ceritanya begitu. Lalu dia juga nonton Queen of Tears.
Salah satu benang merah ceritanya adalah perihal cinta.
Saya jadi merenungkan: Sebenarnya cinta itu gimana ya?
Apakah cinta sebenarnya itu ya seperti cinta yang ditunjukkan di drama Korea?
Atau itu cuma attachment-kemelekatan?
Kalau kamu merasa cinta ke pasanganmu.
Itu beneran cinta atau cuma attachment?
Beneran cinta atau diam-diam sebenarnya hanya pleasure rasa nikmat punya orang yang tergantung sama kamu, yang perhatian sama kamu, yang kamu perjuangkan, yang mengisi rasa kosong dalam hidupmu?
Kalau kamu merasa cinta ke orang tuamu.
Itu beneran cinta atau cuma attachment?
Beneran cinta atau diam-diam sebenarnya hanya pleasure rasa nikmat punya orang yang perhatian sama kamu, kamu merasa orang tua adalah milikmu, tempatmu bergantung, orang yang kamu perjuangkan, jadi orang yang ketika kamu mencapai sesuatu bisa membuatnya bangga?
Kalau kamu merasa cinta ke anakmu.
Itu beneran cinta atau cuma attachment?
Beneran cinta atau diam-diam sebenarnya hanya pleasure rasa nikmat punya anak, kamu merasa anak adalah milikmu, seseorang yang bisa kamu atur, yang tergantung sama kamu, yang kamu perjuangkan, yang jadi penerus eksistensimu keberadaanmu?
Begitu juga kalau kamu merasa cinta ke hewan peliharaanmu.
Itu beneran cinta atau cuma attachment?
Beneran cinta atau diam-diam sebenarnya hanya pleasure rasa nikmat punya hewan yang tergantung sama kamu, yang kamu perjuangkan, yang bisa bikin kamu menghindari rasa kesepian?
Begitu juga kalau kamu merasa cinta ke idolamu, kelompokmu, komunitasmu.
Itu beneran cinta atau cuma attachment?
Beneran cinta atau diam-diam sebenarnya hanya pleasure rasa nikmat karena eksistensimu keberadaanmu menguat, identitasmu jadi bertambah, kamu jadi lebih merasa ada, lebih diakui, lebih diperhatikan karena bagian dari suatu kelompok?
Yang selama ini kita kira cinta, barangkali adalah ego yang menyamar sebagai cinta, adalah attachment.
Yang kita anggap cinta, “aku mencintaimu”, di berbagai relasi – orang tua & anak, pasangan… Termasuk dalam politik, sosial, dan sebagainya – seringkali sebenarnya hanyalah usaha kita besarin ego…. besarin ke-aku-an.
Benar-benar cinta, dengan ego yang menyamar sebagai cinta – attachment itu 2 hal yang berbeda.
Cinta itu luruhnya ego. Attachment itu membesarnya ego. Dan membesarnya ego seringkali diikuti rasa takut & marah.
Karenanya diikuti rasa cemburu, ambisi, kompetisi, menguasai, posesif. Cinta yang sebenarnya justru bukan itu semua.
Justru kalau ego makin besar, kita makin enggak bisa mencintai.
Konflik & penderitaan terjadi karena kita beranggapan cinta itu sebuah reaksi, harus “aku cinta kamu karena kamu cinta aku”, harus saling, bersambut, harus kegiatan 2 orang.
Itu bukan cinta, tapi transaksional.
Padahal bisa jadi, cinta itu sebenarnya kegiatan 1 orang, sebuah “state”. Bukan “aku udah ngasih, maka kamu harus ngasih.” Bahkan cinta itu enggak merasa udah ngasih.
Cinta juga bukan berarti penghambaan. Penghambaan itu bukan luruhnya ego. Itu pun ekspresi lain attachment yang besarin ego.
Barangkali kita tidak pernah benar-benar cinta. Tapi setidaknya kita sadar, yang selama ini kita anggap cinta itu sekadar ego yang menyamar sebagai cinta, sekadar attachment.
Dan kalau kita mengklaim bahwa kita udah benar-benar cinta, justru itu tanda bahwa kita belum benar-benar cinta. Karena yang suka mengklaim itu ekspresi ego. Bukan cinta.
Cinta enggak akan mengklaim apapun.