Kalau bahagia itu ada di dalam, kenapa kamu masih terlalu sibuk mencarinya di luar? Kamu kira bahagia berasal dari dia?
Pernah nggak… dalam relasi, kamu kira bahagia datang dari dia? Atau sampai sekarang pun kamu masih berharap bahagia itu kamu dapatkan dari responnya, perhatiannya, caranya mencintaimu?
Tapi begitu dia sedikit saja tidak sesuai ekspektasimu, maka kamu pun goyah, kamu hilang arah. Karena yang kamu jadikan sandaran bahagiamu adalah dirinya. Bukan dirimu sendiri. Lagipula bahagia ada di dalam, bukan di luar kan?
Kebahagiaan sejati bukan sesuatu yang dicapai, dimiliki, atau diberikan oleh orang lain, oleh dunia luar. Kebahagiaan bukan hasil dari pencapaian, relasi, atau keadaan tertentu. Kebahagiaan yang dimaksud di sini berbeda dengan kegembiraan. Gembira lawannya sedih. Sedangkan bahagia itu tidak punya lawan.
Diri kita terdiri dari 2 dimensi:
- Dimensi permukaan, berbagai self yang diciptakan pikiran, identitas, thinking mind, doing.
- Dimensi kedalaman, deeper self, esensi, awareness, being.
Yang dimaksud being adalah dimensi keberadaan murni diri kita, yang selalu hadir dalam setiap pengalaman, senantiasa ada di setiap momen, baik momen gembira maupun sedih. Senantiasa jadi background pikiran dan perasaan yang bermunculan. Seperti langit yang selalu jadi background awan yang beragam bentuknya.
Seperti anak kecil, sebelum banyak pikiran muncul, sebelum pikiran penuh dengan self yang diciptakan pikiran, sebelum identitas terbentuk begitu sesak dan kita melekatinya… kita hanyalah kesadaran yang menyadari dirinya sendiri. Awareness of being. Menyadari kesadaran. Aware of being aware.
Dan ketika kesadaran mengenali dirinya sendiri (bukan sibuk hanyut terseret begitu asyik memperhatikan objek-objek di luar, melainkan berdiam dalam dirinya sendiri), maka yang tersisa hanyalah keheningan, kelapangan, dan kebahagiaan.
Itulah kenapa, saat kita menyadari keberadaan kita yang terdalam (being), tanpa bentuk, tanpa cerita, kita merasakan bahagia.
Kesadaran, being, deeper self, diri kita yang sejati adalah kebahagiaan itu sendiri.
Jadi, ternyata kamu sedang mencari dirimu sendiri. Dirimu di versi lebih dalam. Dan dirimu sendiri itulah sesungguhnya kebahagiaan yang selama ini kamu cari-cari pontang-panting ke sana ke mari.
Karenanya, kalau kamu mencari bahagia ke dia, akhirnya malah berujung menderita.