Merasa seperti mencari sesuatu, tapi tidak tahu apa? Seperti ada yang kurang, tapi tidak jelas kurangnya apa?
Kita tuh manusia yang bakatnya pencari, ya nggak sih? Dari kecil disuruh cari nilai bagus. Udah gede, cari uang, cari pasangan. Belum lagi sekarang, dikit-dikit cari wifi. Hidup isinya… mencari, mencari dan mencari. Nyari mulu.
Kita terus mencari, bahkan sepanjang hidup, mencari kedamaian, cinta, kebahagiaan, pemulihan, rasa cukup, keutuhan, pencerahan.
Kita mencarinya dalam hubungan, dalam kesuksesan, dalam kekayaan, bahkan dalam spiritualitas. Dan tanpa kita sadari, pencarian itu sendiri berlandaskan satu hal yang keliru, yaitu kita mengira: Apa yang kita cari adalah sesuatu yang terpisah dari diri kita.
Ternyata yang kita cari sebenarnya adalah diri kita sendiri.
Kita perlu merenungkan:
Siapa yang sebenarnya sedang mencari?
Dan apa yang sebenarnya sedang dicari?
Kita katanya ingin damai.
Tapi perhatikan baik-baik: saat kita benar-benar tenang, sadar penuh hadir utuh di sini-kini, hening, sunyi, enggak menginginkan apa-apa, itulah damai. Dan itu bukan sesuatu yang datang dari luar. Itu adalah kondisi alami seapaadanya diri kita, nature kita yang terdalam, yaitu kesadaran.
Kita bilang ingin dicintai.
Tapi lebih dalam dari itu, kita sebenarnya ingin merasakan cinta. Dan ketika kita berhenti mencari validasi dari orang lain, dari luar, dan mulai menengok ke dalam, menyadari diri kita di level terdalam… kita menyadari cinta itu bukanlah sesuatu yang harus diberikan oleh orang lain. Cinta adalah esensi diri kita sejati.
Kedamaian, cinta, juga kebahagiaan, pemulihan, pencerahan bukanlah sesuatu yang kita dapatkan.
Itu semua sudah ada sebelum kita melekat pada lapisan-lapisan identitas: tubuh, pikiran, peran, pengalaman masa lalu, dan sebagainya.
Paradoksnya, pencarian kita selama ini, mencari kesuksesan, jabatan, kekuasaan, popularitas, dan sebagainya, menutupi kenyataan bahwa:
Yang kita cari sebenarnya adalah diri kita sendiri.
Jadi seperti mata yang tidak bisa melihat dirinya sendiri, atau seperti laut yang mencari air, tanpa menyadari bahwa ia (laut) adalah air itu sendiri.
Seperti orang nyari hp… padahal hp-nya digenggam di tangannya sendiri. Atau kayak nyari kacamata… padahal dari tadi udah nempel di kepala.
Inilah mengapa, dalam ilmu kesadaran dan ajaran non-dualitas, kita tidak “menemukan” kedamaian, cinta, kebahagiaan, pemulihan atau pun pencerahan, seperti menemukan benda yang hilang.
Kita hanya perlu sadar, apa yang kita cari bukanlah sesuatu yang terpisah dari diri kita.
“Apa yang kamu cari adalah dirimu sendiri.”
Jeda. Hening. Sadari…
Yang kita cari, ada di sini-kini, yaitu diri kita sendiri.