Apa yang sebenarnya kamu kejar dalam perjalanan memulihkan dirimu?
Kemarin malam, seorang teman kurang lebih bilang gini ke saya:
“Aku udah ikut banyak kelas, berkali-kali konseling dan terapi, dengerin banyak ilmu bertahun-tahun… tapi entah kenapa, aku masih ngerasa kosong. Kayak belum sampai ke mana-mana.”
Dia diam sebentar, lalu lanjut:
“Aku baru sadar, mungkin karena selama ini aku belajar bukan untuk benar-benar paham, tapi supaya cepat pulih, cepat ‘jadi versi terbaik diriku’… kayak buru-buru mau sampai ke suatu tempat.”
Saya hanya menatapnya sambil tersenyum kecil. Dia mengangkat gelasnya, minum, lalu menaruhnya dan bilang:
“Mungkin hidup memang bukan soal sampai. Tapi soal hadir, presence, dan ngalir aja… kayak sungai.”
Ketika seseorang berkata, “Saya sudah mendengarkan selama bertahun-tahun namun tidak ada perubahan,” itu menunjukkan bahwa ia sebenarnya belum benar-benar mendengarkan.
Kenapa?
Karena mendengarkan yang sesungguhnya bukanlah tindakan dengan maksud untuk mendapatkan sesuatu. Ketika ada keinginan untuk “sampai”, untuk “berubah”, untuk “pulih”, maka itu bukan mendengarkan, tapi semacam perdagangan. Terjadi pertukaran, transaksional. Ada motif, ada tujuan, dan itu berarti tidak ada keheningan batin.
Pemulihan yang sesungguhnya tidak bisa kita kejar.
Seperti ketika kamu berusaha menjadi rendah hati, kamu telah kehilangan kerendahhatian itu.
Ketika kamu berusaha mencapai spiritual awakening, kamu telah menjauhkan diri dari spiritual awakening itu.
Apa pun yang dikejar oleh ego, si “aku”, akan memperkuat ego, si “aku”. Dan selama ego, si “aku” masih jadi pusatnya, takkan ada pemulihan.
Tidak ada yang bisa dicapai. Tidak ada garis akhir. Tidak ada ‘sampai’.
Hanya ada gerak. Gerak belajar, gerak hidup itu sendiri, yang tanpa tujuan, tanpa motif.
Dan dalam gerak tanpa motif itulah, keheningan dan pemulihan yang sesungguhnya bisa terjadi.
Belajar bukanlah akumulasi.
Belajar adalah pengosongan terus-menerus.
Mendengarkan bukan untuk mendapatkan, tetapi untuk menyimak tanpa “aku”, tanpa kesimpulan, tanpa keinginan untuk mendapatkan hasil.
Dan dalam mendengar semacam itu, yang sadar penuh hadir utuh, yang tidak mengejar apa-apa, terjadi transformasi yang tidak bisa diukur.
Ia seperti sungai. Ia tidak tahu tujuannya, namun ia terus mengalir.
Dan dalam alirannya, ia membersihkan, memberi hidup, dan memulihkan.
Jadi, bukan perubahan yang perlu kita kejar, tapi sekadar hadir saja dalam keheningan.
Dari situ, menjalani hidup bukan dari kehendak ego, tapi dari keheningan batin itu sendiri.